Sidoarjo, Kampus Ursulin – Sanmaris, setiap bulan Oktober, Gereja Katolik secara khusus menghormati Bunda Maria sebagai Ratu Rosario. Tradisi ini tidak hanya menjadi momen untuk mendalami devosi kepada Bunda Maria, tetapi juga kesempatan bagi umat Katolik untuk semakin mengenal Yesus melalui doa Rosario. Pada tahun 2025, tema yang diangkat oleh Komisi Remaja Katolik Keuskupan Surabaya adalah “Maria, Ratu Rosari”, dengan fokus pada peran remaja dalam mewujudkan Tritugas Kristus: sebagai Nabi, Imam, dan Raja.
Doa Rosario memiliki akar sejarah yang dalam. Awalnya, doa ini berkembang dari tradisi para biarawan yang membacakan 150 Mazmur sebagai bentuk devosi. Bagi umat awam yang tidak bisa membaca, mereka menggantinya dengan 150 kali Salam Maria. Pada abad ke-13, Santo Dominikus dipercaya menerima visi dari Bunda Maria untuk menyebarkan devosi Rosario sebagai senjata melawan kekuatan jahat. Sejak itu, Rosario menjadi doa yang populer dan disebarluaskan oleh Ordo Dominikan.
Rosario bukan sekadar doa biasa. Sejarah mencatat banyak mukjizat yang terjadi berkat kekuatan doa Rosario. Salah satu peristiwa paling terkenal adalah Kemenangan Armada Laut Kristen dalam Pertempuran Lepanto pada tahun 1571. Saat itu, Paus Pius V menyerukan doa Rosario untuk memohon kemenangan melawan kekuatan Ottoman. Meskipun jumlah pasukan Kristen lebih sedikit, mereka berhasil memenangkan pertempuran. Sebagai ungkapan syukur, Paus menetapkan tanggal 7 Oktober sebagai Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario.
Mukjizat Rosario juga terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak umat yang mengalami pertobatan, penyembuhan, dan kekuatan iman berkat ketekunan berdoa Rosario. Seperti yang diungkapkan dalam dokumen Rosarium Virginis Mariae, Rosario adalah doa yang membawa umat semakin dekat dengan Kristus melalui bimbingan Bunda Maria.
Pada tahun 2002, Paus Yohanes Paulus II memperkaya doa Rosario dengan menambahkan Peristiwa Terang, yang meliputi peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan Yesus saat berkarya di depan publik. Dengan demikian, Rosario kini terdiri dari empat rangkaian peristiwa: Gembira, Terang, Sedih, dan Mulia. Ia mengatakan, “Melalui Rosario, umat beriman menerima rahmat yang melimpah, seolah-olah dari tangan Bunda Penebus sendiri.” Bagi dia, Rosario adalah senjata spiritual yang ampuh dalam menghadapi tantangan zaman.
Santo Yohanes Paulus II adalah salah satu paus yang sangat mencintai doa Rosario. Dalam surat apostolik Rosarium Virginis Mariae, ia menegaskan bahwa Rosario adalah “doa kontemplatif yang mengubah hati.” Ia percaya bahwa melalui Rosario, umat Kristen dapat menyelami misteri kehidupan Yesus dan belajar dari teladan Bunda Maria.
Remaja Katolik, khususnya di Keuskupan Surabaya, diajak untuk mengambil peran aktif dalam menghidupkan devosi Rosario. Seperti yang tercantum dalam bahan pendalaman iman Remaja Katolik (Rekat) 2025, remaja diajak untuk Bersaksi seperti Nabi (Berani membagikan kabar gembira melalui tindakan nyata, seperti membantu orang tua atau membela teman yang dibully), Berkorban seperti Imam (Rela melepaskan kesenangan pribadi untuk melayani sesama, misalnya dengan menjadi misdinar atau membantu membersihkan lingkungan) dan Memimpin seperti Raja (Menjadi pemimpin yang melayani, dimulai dari memimpin diri sendiri agar tidak terbawa arus negatif).
Keluarga juga memegang peran penting. Doa Rosario keluarga dapat menjadi sarana untuk mempererat hubungan antaranggota keluarga serta menciptakan suasana damai dan penuh kasih. Keluarga bisa mengatur waktu khusus untuk berdoa Rosario bersama, misalnya setelah makan malam.
Atau bisa juga dengan menyediakan sudut khusus di rumah dengan patung Maria dan rosario untuk mengundang semangat doa. Bahkan bukan tidak mungkin untuk berbagi Tugas yakni setiap anggota keluarga bergantian memimpin doa, termasuk anak-anak.
Bulan Rosario Oktober 2025 adalah kesempatan emas untuk memperdalam devosi kepada Bunda Maria dan menyegarkan komitmen kita dalam berdoa Rosario. Mari kita jadikan Rosario sebagai senjata spiritual untuk menghadapi tantangan zaman, sambil meneladani Bunda Maria yang rendah hati, setia, dan penuh keberanian. Seperti pesan Bunda Maria di Kana, “Lakukanlah apa yang Dia katakan,” mari kita wartakan kabar gembira melalui hidup kita sehari-hari.
“Melalui Rosario, kita belajar melihat Yesus dengan mata Maria.”
— Rosarium Virginis Mariae —
Nicolaus Henry