Sidoarjo, Kampus Ursulin – Sanmaris, di tengah arus deras globalisasi dan kemudahan informasi digital, generasi muda dihadapkan pada tantangan sulit yakni pudarnya nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan semakin jauhnya mereka dari warisan budaya lokal. Fenomena ketergantungan pada gawai (gadget) ini disadari telah menjadikan pelajar cenderung pasif dalam interaksi sosial dan kurang peduli pada lingkungan sekitar, termasuk sejarah dan budaya di Sidoarjo. Menanggapi kondisi ini, SMP Santa Maria II Sidoarjo mengambil langkah progresif dengan meluncurkan Projek Kokurikuler Penguatan Profil Pelajar Pancasila bertajuk “Warisan Budaya dan Toleransi: Jejak Kearifan Lokal di Sidoarjo”.
Kemampuan peserta didik yang cepat dalam menanggapi informasi dimanfaatkan untuk membantu mereka melestarikan budaya tradisi dengan mengenalkan beberapa budaya yang ada di Indonesia. Kebudayaan Sidoarjo sendiri dilihat sebagai sarana mengajarkan masyarakat untuk mengenali, memahami, melestarikan, dan mengembangkan budaya lokal (tradisi, seni, kuliner, religiusitas) sambil tetap beradaptasi dengan perubahan.
Projek yang telah berlangsung selama dua pekan, mulai 24 September hingga 6 Oktober 2025, ini bertujuan untuk menumbuhkan karakter peserta didik yang mencintai budaya lokal dan hidup dalam toleransi.
Secara spesifik, proyek ini memiliki empat tujuan utama yaitu peserta didik mampu memahami pentingnya melestarikan warisan budaya, peserta didik mampu menumbuhkan sikap toleransi antarumat beragama, peserta didik mampu menumbuhkan nilai kebersamaan, sportivitas, dan menghargai waktu tanpa ketergantungan pada gawai dan terakhir peserta didik mampu menghasilkan karya nyata sebagai bentuk kontribusi terhadap pelestarian budaya.
Projek ini melibatkan semua peserta didik dari kelas VII, VIII, dan IX, dengan menguatkan dimensi profil lulusan pada aspek Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan YME, Penalaran Kritis, dan Kreativitas. Nilai-nilai inti Serviam (Core Value) yang menjadi landasan adalah Cinta dan Belas Kasih, Integritas, Persatuan, serta Kesungguhan dan Totalitas.
Untuk mencapai tujuan tersebut, peserta didik mengikuti serangkaian kegiatan yang terintegrasi dengan mata pelajaran seperti Agama, PJOK, Seni Budaya, dan Bahasa Jawa. Projek ini dirancang dalam empat tahap utama (Bekali, Pilah-Pilih, Wujudkan dan Tradisikan) yang mendorong eksplorasi, analisis, aksi nyata, hingga refleksi.
Proses pertama yaitu Bekali, fokus pada memperkenalkan konsep kearifan lokal, tradisi, dan toleransi. Peserta didik berdiskusi dan menganalisis perbedaan antara tradisi dan adat istiadat, serta membahas berbagai tradisi unik di Nusantara. Saat proses bekali itu juga, pada tanggal 26 September 2025, peserta didik diajak melakukan observasi langsung ke beberapa lokasi penting di Sidoarjo, yang merepresentasikan kearifan lokal yakni Museum Mpu Tantular (untuk menggali sejarah dan wujud budaya Sidoarjo), Tempat-Tempat Ibadah (untuk mengamati tempat ibadah dan berdialog mengenai praktik toleransi serta kerukunan) dan Kampung Lali Gadget (menginternalisasi nilai menghargai waktu dan interaksi sosial tanpa ketergantungan gadget). Tempat-tempat ibadah yang dikunjungi yakni Masjid Agung Sidoarjo, Pura Jala Siddhi Amerta dan Kelenteng Tjong Hok Kiong.
Pada proses kedua, Tahap Pilah-Pilih-Pakai yang fokus pada riset lapangan dan penentuan model aksi, mereka melakukan observasi mendalam dengan menganalisa data visual dan naratif yang telah didapatkan di tiga lokasi kunjungan. Kemudian dilanjutkan Tahap Wujudkan (Aksi Nyata) di mana peserta didik mentransformasi hasil riset menjadi produk kreatif yang bertujuan mengampanyekan warisan budaya dan toleransi dalam bentuk produk poster, Komik Digital, Video Dokumenter Pendek, dan Jingle Kreatif.
Tahap terakhir yakni Tradisikan berfokus pada membagikan karya dan melakukan evaluasi diri. Di tanggal 2 dan 3 Oktober 2025, karya-karya siswa dipublikasikan di Piazza Santa Angela untuk mengampanyekan pesan proyek kepada komunitas sekolah (para guru, teman, adik-adik kelas 6 dan orang tua) diikuti dengan Refleksi Diri menggunakan Lembar Jurnal Refleksi, dan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL).
Melalui proyek ini, SMP Santa Maria II Sidoarjo tidak hanya mengajarkan sejarah, tetapi secara aktif melibatkan siswa untuk menjadi agen pelestarian budaya dan promotor toleransi, membuktikan bahwa teknologi modern dapat diimbangi dengan akar kearifan lokal yang kuat.
Penulis: Nicolaus Henry S. - SMP Santa Maria Sidoarjo